Beberapa waktu lalu seorang teman saya tertarik untuk mengajak ke Kebun Binatang Surabaya. Alasannya kukira simpel, mungkin dia tertarik karena akhir-akhir ini ramai berita tentang tragedi yang terjadi di Kebun Binatang Surabaya. Dan baru saya sadari mungkin saya sedikit salah mengira itu, nyatanya dia belum pernah ke Kebun Binatang Surabaya yang telah menjadi landmark kota pahlawan ini. Kami bukan orang asli Surabaya, hanyalah pendatang yang mencoba menggapai cita di sini.
Saat itu salah seorang temanku sesama daerah dan sekelas sewaktu SMA, Hendi, berkunjung ke Surabaya. Sudah biasa ia main ke Surabaya karena salah seorang teman dekatnya, Denta, yang juga temanku sekelas SMA kuliah di sini. Berhubung Hendi datang, Denta memiliki inisiatif untuk main di Surabaya bersama, lalu dia menanyaiku apakah aku mau ikut, dan kujawab bisa. Kami memutuskan untuk pergi ke Kebun Binatang Surabaya. Malam sebelum kami berangkat, aku mengirim pesan singkat ke Dhearara yang juga temanku sekelas SMA untuk ikut bersama kami besok dan dia mau. Akhirnya besoknya tanggal 17 Juni kami berangkat menuju KBS sekitar pukul 13.30.
Perjalanan kami tempuh selama sekitar 30 menit dari Kost Denta di daerah Jojoran. Itu termasuk cepat karena kami menggunakan sepeda motor. Surabaya sangat panas hari itu, namun terbayar sesampainya di KBS karena lingkungannya yang teduh, banyak pohon dan tanaman lainnya.
Kebun Binatang Surabaya (KBS) pertama kali didirikan berdasar SK Gubernur Jenderal Belanda tanggal 31 Agustus 1916 No. 40, dengan nama Soerabaiasche Planten-en Dierentuin (Kebun Botani dan Binatang Surabaya) atas jasa seorang jurnalis bernama H.F.K. Kommer yang memiliki hobi mengumpulkan binatang. Dari segi finansial H.F.K Kommer mendapat bantuan dari beberapa orang yang mempunyai modal cukup.
Susunan pengurus pertama Kebun Binatang Surabaya:
- Ketua: J.P Mooyman
- Sekretaris: A.H. de Wildt
- Bendahara: P Egos, dibantu 6 orang anggotanya yaitu:
- F.C. Frumau
- A. Lenshoek
- H.C. Liem
- J. Th. Lohmann
- Edw. H. Soesman
- M.C. Valk
Untuk pertama kali pada bulan April 1918, KBS dibuka namun dengan membayar tanda masuk (karcis). Kemudian akibat biaya operasional yang tinggi, maka pada tanggal 21 Juli 1922 kebun botani/KBS mengalami krisis dan akan dibubarkan, tetapi beberapa dari anggotanya tidak setuju. Pada tahun ini pula, dalam rapat pengurus diputuskan untuk membubarkan KBS, tetapi dicegah oleh pihak Kotamadya Surabaya pada waktu itu.
Pada tanggal 11 Mei 1923, rapat anggota di Simpang Restaurant memutuskan untuk mendirikan Perkumpulan Kebun Binatang yang baru, dan ditunjuk W.A. Hompes untuk menggantikan J.P. Mooyman, salah seorang pendiri KBS dan mengurus segala aktivitas kebun sebagai pimpinan. Bantuan yang besar untuk kelangsungan hidup pada waktu tahun 1927 adalah dari Walikota Dijkerman dan anggota dewan A. van Gennep dapat membujuk DPR Kota Surabaya untuk meraih perhatian terhadap KBS, dengan SK DPR tanggal 3 Juli 1927 dibelilah tanah yang seluas 32.000 m3 sumbangan dari Maskapai Kereta Api (OJS). Tahun 1939 sampai sekarang luas KBS meningkat menjadi 15 hektare dan pada tahun 1940 selesailah pembuatan taman yang luasnya 85.000 m2.
Setelah memarkirkan motor, kami segera membeli tiket seharga Rp 15.000,- untuk masing-masing orang. Dan akhirnya masuklah kami ke KBS. Aku sempat terkejut saat memasuki areanya karena aku benar-benar lupa. Terakhir kali aku kesana waktu masih kelas 3 SD dan itu sudah lama sekali. Baru kali inilah aku berkunjung lagi. Alasan pertamaku karena aku tertarik dengan berita di televisi, dan yang kedua karena aku memang ingin berkunjung karena sudah lupa keadaan di sana.
Ketika melihat sekitar, aku sangat prihatin karena keadaan KBS sangat tidak terawat, banyak sampah di mana-mana, padahal tempat sampah sudah banyak disediakan di berbagai titik. Padahal KBS sangat rindang dan memiliki peran penting di Surabaya, sebagai paru-paru kota. Kandang-kandang hewan yang disediakan juga kurang terawat dan terkesan kotor. Banyak hewan yang kurus, salah satunya unta yang sempat saya ambil gambarnya
(Unta KBS yang kurus dan keriput)
(Anak Gajah yang sedang dilatih)
Selain itu hewan di sana juga terlihat tidak bersih dan terserang penyakit kulit, dan saya pikir hewan-hewan tersebut agak mengalami depresi karena perawatan dan kebersihan lingkungan yang kurang baik.
Sampah merupakan salah satu permasalahan utama di KBS, melihat sekeliling, bertebaran banyak sampah, baik di darat, maupun air, bahkan di sela-sela tanaman juga. Padahal waktu itu aku bersama teman-teman ke sana sewaktu hari biasa, tidak bisa dibayangkan jika hari libur datang, pasti lebih dari ini sampahnya.
(Sampah di KBS, atas : di tanaman rambat, bawah : di saluran air)
Saya berharap KBS akan menjadi lebih baik dari ini, telah ada suatu komunitas peduli KBS, saya lupa namanya, dan semoga komunitas ini berkembang dan dapat mencapai tujuannya. Untuk pengunjung KBS saya berharap buanglah sampah pada tempatnya agar apa yang kalian lihat saat ini masih dapat dilihat oleh anak cucu kalian bahkan lebih baik lagi kondisinya.
(Salah satu spot di KBS yang keren)
Tidak lupa kami berfoto di depan icon Surabaya yang melegenda. Kalau bisa bawalah kamera dengan resolusi yang bagus sendiri karena harga foto menggunakan juru foto lumayan mahal. Rp 10.000,- untuk cetak 1 lembar, sementara jika minta soft file nya Rp 5.000,- tiap file. Alhasil ketika kami meminta juru foto untuk memotret kami, kami dikenai biaya Rp 35.000,- untuk sembilan file tanpa cetak. Itupun sudah melewati tahap tawar-menawar yang rumit. Namun keseluruhan merupakan kenangan yang sangat berharga .
(Denta, aku, Dhearara, Hendi di depan icon Surabaya depan KBS)
Source :
- http://id.wikipedia.org/wiki/Kebun_Binatang_Surabaya
- http://www.surabaya.go.id/dinamis/?id=583
- Google Maps classic
- Dokumen pribadi