Beberapa tahun terakhir aku mengalami depresi
berat, atau setidaknya katakanlah seperti itu. Aku adalah seorang gadis yang
memiliki berat badan lebih dari rata-rata dan terkesan tambun. Pada awalnya aku
menganggap semuanya biasa saja, ejekan, candaan, pandangan, serta komentar
orang-orang sekitar terhadapku. Namun lama-kelamaan semuanya menjadi tidak enak
untuk didengar. Yang inilah, itulah, dan semuanya menjadi sedikit menyiksa. Aku
mencoba untuk tetap cuek, namun saat seseorang mengatakan hal tersebut, rasanya
menjadi terpikirkan lagi.
Karena umurku
telah beranjak dewasa aku menjadi semakin memikirkan satu kata “diet”. Hal ini
semata-mata kulakukan agar penampilanku lebih baik dan tidak ada orang yang
akan mengomentariku lagi. Andai mereka tahu rasanya, meski aku terlihat tetap
tegar dan humoris, namun sebenarnya sakit mendengar perkataan-perkataan itu.
Akhirnya aku
memilih salah satu produk kesehatan. Aku lebih memilih itu karena melihat
padatnya aktivitasku sehingga kurang memungkinkan untuk pergi berolahraga.
Kuliahku sampai sore, setelah itu aku menjadi guru les privat, belum ditambah
tugas-tugas kuliah, sedangkan aku bukanlah seorang yang sangat jenius sehingga
aku harus ekstra hati-hati menggunakan waktu dan tenagaku. Sementara aku butuh pekerjaan menjadi guru les
privat tersebut.
Suatu hari di
awal masuk kuliah kondisiku mulai drop. Hal ini diawali ketika aku berada di
bus dalam perjalananku ke kampong halaman. Di bus aku merasa sangat pusing dan
mual, padahal aku tidak pernah mengalami hal semacam itu sebelum-sebelumnya.
Hari terakhirku di Trenggalek (kampung halamanku), ibuku menyuruhku untuk
memeriksakan tensi darahku karena beliau mulai curiga ada yang salah dengan
tubuhku. Saat di klinik, ternyata tensi darahku hanya 90/80, sangat rendah, dan
aku mulai takut. Ibuku juga was-was karena beliau tahu aku melakukan diet.
Sebelum aku
kembali ke Surabaya, ibu menyuruh emak yang biasa membantu di rumahku untuk
memasakkan bayam merah serta aku disuruh untuk makan sate kambing. Aku
memakannya dan itu belum membuatku merasa lebih baik. Sorenya aku kembali ke
Surabaya naik bus dan rasa pusing karena hipotensi tersebut tidak tertahankan.
Aku lebih banyak tidur di sepanjang perjalanan.
Keesokan harinya
aku pergi ke medical center kampus. Di sana aku memeriksakan diri, dan ternyata
tensiku tambah drop yaitu 80/60. Pantas saja aku semakin pusing dan lemas.
Dokter mengatakan aku harus memperbanyak makanan yang bernutrisi, mengandung
banyak protein dalam jumlah besar. Serta tidak lupa makan sayur, buah, banyak
minum air putih serta berolahraga. Tekanan darahku bisa disebabkan karena aku
banyak pikiran dan kurang makan makanan yang bernutrisi (mungkin itu sebagian
besar disebabkan karena dietku yang agak salah).
Saat ini aku
lebih memperhatikan asupan nutrisiku. Namun aku sedikit bingung juga sebagai
anak kost makanan semacam apa yang harus kumakan agar zat-zat yang bermanfaat
itu terserap dalam jumlah besar ditubuhku. Sudah dua hari berjalan namun aku
belum menemukan perubahan dan masih pusing, terkadang lemas. Saat ini aku
mengonsumsi analgesic untuk penahan nyeri akibat pusingku tadi, serta vitamin
C. Analgesic dan vitamin C diresepkan oleh dokter dari Medical center kampusku.
Serta aku juga melengkapinya dengan Tonikum Bayer(penambah darah), pisang
ambon/pisang hijau (karena mengandung magnesium dan kalium yang tinggi), dan
susu bear brand. Saat ini aku makan dua kali sehari dari yang sebelumnya sekali
sehari. Namun aku tetap tidak makan setelah pukul 19.00, serta paginya aku
tetap minum Herbalife karena persediaanku yang masih sangat banyak.
Pada intinya saat ini aku ingin mempertahankan berat badanku, namun fisikku berkata lain. Dokter di Medical Center pun berpesan bahwa “Mbak ini gemuk ya, nanti kamu siap-siap tambah gemuk lagi kalau makan banyak ini”. Saya sangat terpukul padahal saya telah merasa berhasil menurunkan berat badan beberapa kilo, mengurangi buncitnya perut, serta mengurangi lemak tubuh. Namun apa daya, saya akan lebih drop jika diterus-teruskan seperti sebelumnya. Padahal asupan nutrisi juga tidak kurang-kurang. Saat ini, saya sedang berjuang agar tekanan darah saya kembali normal lagi. Setidaknya naik ke angka 100/80 atau Alhamdulillah jika malah 110/80.
Pada intinya saat ini aku ingin mempertahankan berat badanku, namun fisikku berkata lain. Dokter di Medical Center pun berpesan bahwa “Mbak ini gemuk ya, nanti kamu siap-siap tambah gemuk lagi kalau makan banyak ini”. Saya sangat terpukul padahal saya telah merasa berhasil menurunkan berat badan beberapa kilo, mengurangi buncitnya perut, serta mengurangi lemak tubuh. Namun apa daya, saya akan lebih drop jika diterus-teruskan seperti sebelumnya. Padahal asupan nutrisi juga tidak kurang-kurang. Saat ini, saya sedang berjuang agar tekanan darah saya kembali normal lagi. Setidaknya naik ke angka 100/80 atau Alhamdulillah jika malah 110/80.
Pada akhirnya
saya berpesan bahwa teman-teman di sekitarmu yang tadinya kamu katai begini
begitu sebenarnya dia menyembunyikan kepahitannya di dalam. Seperti melempar
batu di lautan, kamu tidak akan pernah tahu seberapa dalam batu itu tenggelam.
Begitupun dengan ketika kamu berkata sesuatu ke seseorang, kamu tidak pernah
tahu seberapa dalam perkataan tersebut mempengaruhinya. Saya sudah
mengalaminya, dan itu membuat saya untuk introspeksi dan lebih berhati-hati
untuk berucap ke orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar