Minggu, 29 Juni 2014

MENGUNJUNGI KBS (KEBUN BINATANG SURABAYA)

Dari judulnya terkesan seperti tugas yang dikerjakan oleh anak Sekolah Dasar. Tapi itulah tujuan saya, membuat cerita ini sederhana dan familier. Sebenarnya kalau dari judulnya sendiri sangat terkesan jadul, ngapain main ke Kebun Binatang? Di Surabaya mending nge-mall.

Beberapa waktu lalu seorang teman saya tertarik untuk mengajak ke Kebun Binatang Surabaya. Alasannya kukira simpel, mungkin dia tertarik karena akhir-akhir ini ramai berita tentang tragedi yang terjadi di Kebun Binatang Surabaya. Dan baru saya sadari mungkin saya sedikit salah mengira itu, nyatanya dia belum pernah ke Kebun Binatang Surabaya yang telah menjadi landmark kota pahlawan ini. Kami bukan orang asli Surabaya, hanyalah pendatang yang mencoba menggapai cita di sini.

Saat itu salah seorang temanku sesama daerah dan sekelas sewaktu SMA, Hendi, berkunjung ke Surabaya. Sudah biasa ia main ke Surabaya karena salah seorang teman dekatnya, Denta, yang juga temanku sekelas SMA kuliah di sini. Berhubung Hendi datang, Denta memiliki inisiatif untuk main di Surabaya bersama, lalu dia menanyaiku apakah aku mau ikut, dan kujawab bisa. Kami memutuskan untuk pergi ke Kebun Binatang Surabaya. Malam sebelum kami berangkat, aku mengirim pesan singkat ke Dhearara yang juga temanku sekelas SMA untuk ikut bersama kami besok dan dia mau. Akhirnya besoknya tanggal 17 Juni kami berangkat menuju KBS sekitar pukul 13.30.

Perjalanan kami tempuh selama sekitar 30 menit dari Kost Denta di daerah Jojoran. Itu termasuk cepat karena kami menggunakan sepeda motor. Surabaya sangat panas hari itu, namun terbayar sesampainya di KBS karena lingkungannya yang teduh, banyak pohon dan tanaman lainnya.




Kebun Binatang Surabaya (KBS) pertama kali didirikan berdasar SK Gubernur Jenderal Belanda tanggal 31 Agustus 1916 No. 40, dengan nama Soerabaiasche Planten-en Dierentuin (Kebun Botani dan Binatang Surabaya) atas jasa seorang jurnalis bernama H.F.K. Kommer yang memiliki hobi mengumpulkan binatang. Dari segi finansial H.F.K Kommer mendapat bantuan dari beberapa orang yang mempunyai modal cukup.
Susunan pengurus pertama Kebun Binatang Surabaya:
  • Ketua: J.P Mooyman
  • Sekretaris: A.H. de Wildt
  • Bendahara: P Egos, dibantu 6 orang anggotanya yaitu:
  1. F.C. Frumau
  2. A. Lenshoek
  3. H.C. Liem
  4. J. Th. Lohmann
  5. Edw. H. Soesman
  6. M.C. Valk
Lokasi KBS yang pertama di Kaliondo, pada tahun 1916, kemudian pada tanggal 28 September 1917 pindah di jalan Groedo. Dan pada tahun 1920 pindah ke daerah Darmo untuk areal kebun binatang yang baru atas jasa Oost-Java Stoomtram Maatschapij atau Maskapai Kereta Api yang mengusahakan lokasi seluas 30.500 m2.
Untuk pertama kali pada bulan April 1918, KBS dibuka namun dengan membayar tanda masuk (karcis). Kemudian akibat biaya operasional yang tinggi, maka pada tanggal 21 Juli 1922 kebun botani/KBS mengalami krisis dan akan dibubarkan, tetapi beberapa dari anggotanya tidak setuju. Pada tahun ini pula, dalam rapat pengurus diputuskan untuk membubarkan KBS, tetapi dicegah oleh pihak Kotamadya Surabaya pada waktu itu.
Pada tanggal 11 Mei 1923, rapat anggota di Simpang Restaurant memutuskan untuk mendirikan Perkumpulan Kebun Binatang yang baru, dan ditunjuk W.A. Hompes untuk menggantikan J.P. Mooyman, salah seorang pendiri KBS dan mengurus segala aktivitas kebun sebagai pimpinan. Bantuan yang besar untuk kelangsungan hidup pada waktu tahun 1927 adalah dari Walikota Dijkerman dan anggota dewan A. van Gennep dapat membujuk DPR Kota Surabaya untuk meraih perhatian terhadap KBS, dengan SK DPR tanggal 3 Juli 1927 dibelilah tanah yang seluas 32.000 m3 sumbangan dari Maskapai Kereta Api (OJS). Tahun 1939 sampai sekarang luas KBS meningkat menjadi 15 hektare dan pada tahun 1940 selesailah pembuatan taman yang luasnya 85.000 m2.

Setelah memarkirkan motor, kami segera membeli tiket seharga Rp 15.000,- untuk masing-masing orang. Dan akhirnya masuklah kami ke KBS. Aku sempat terkejut saat memasuki areanya karena aku benar-benar lupa. Terakhir kali aku kesana waktu masih kelas 3 SD dan itu sudah lama sekali. Baru kali inilah aku berkunjung lagi. Alasan pertamaku karena aku tertarik dengan berita di televisi, dan yang kedua karena aku memang ingin berkunjung karena sudah lupa keadaan di sana.

Ketika melihat sekitar, aku sangat prihatin karena keadaan KBS sangat tidak terawat, banyak sampah di mana-mana, padahal tempat sampah sudah banyak disediakan di berbagai titik. Padahal KBS sangat rindang dan memiliki peran penting di Surabaya, sebagai paru-paru kota. Kandang-kandang hewan yang disediakan juga kurang terawat dan terkesan kotor. Banyak hewan yang kurus, salah satunya unta yang sempat saya ambil gambarnya




(Unta KBS yang kurus dan keriput)


(Anak Gajah yang sedang dilatih)

Selain itu hewan di sana juga terlihat tidak bersih dan terserang penyakit kulit, dan saya pikir hewan-hewan tersebut agak mengalami depresi karena perawatan dan kebersihan lingkungan yang kurang baik.

Sampah merupakan salah satu permasalahan utama di KBS, melihat sekeliling, bertebaran banyak sampah, baik di darat, maupun air, bahkan di sela-sela tanaman juga. Padahal waktu itu aku bersama teman-teman ke sana sewaktu hari biasa, tidak bisa dibayangkan jika hari libur datang, pasti lebih dari ini sampahnya.


(Sampah di KBS, atas : di tanaman rambat, bawah : di saluran air)

Saya berharap KBS akan menjadi lebih baik dari ini, telah ada suatu komunitas peduli KBS, saya lupa namanya, dan semoga komunitas ini berkembang dan dapat mencapai tujuannya. Untuk pengunjung KBS saya berharap buanglah sampah pada tempatnya agar apa yang kalian lihat saat ini masih dapat dilihat oleh anak cucu kalian bahkan lebih baik lagi kondisinya.

(Salah satu spot di KBS yang keren)


Tidak lupa kami berfoto di depan icon Surabaya yang melegenda. Kalau bisa bawalah kamera dengan resolusi yang bagus sendiri karena harga foto menggunakan juru foto lumayan mahal. Rp 10.000,- untuk cetak 1 lembar, sementara jika minta soft file nya Rp 5.000,- tiap file. Alhasil ketika kami meminta juru foto untuk memotret kami, kami dikenai biaya Rp 35.000,- untuk sembilan file tanpa cetak. Itupun sudah melewati tahap tawar-menawar yang rumit. Namun keseluruhan merupakan kenangan yang sangat berharga .

(Denta, aku, Dhearara, Hendi di depan icon Surabaya depan KBS)

Source :
  • http://id.wikipedia.org/wiki/Kebun_Binatang_Surabaya
  • http://www.surabaya.go.id/dinamis/?id=583
  • Google Maps classic
  • Dokumen pribadi
 

Sabtu, 28 Juni 2014

HAPPINESS IS SIMPLE

I wrote it on June 7th 2014

Beberapa orang mungkin berpikir aku sedikit norak dan ndeso, namun hal ini adalah suatu kebahagiaan tersendiri untukku. Kamu tahu apa itu? Menginap di hotel berbintang. Terdengar biasa namun sangat berharga bagiku. Menginap di hotel berbintang pun sudah aku anggap sebagai bagian dari liburan. Hotel berbintang bukan hanya suatu tempat untuk menginap saja.

Pertama kali aku menginap di hotel berbintang adalah saat aku masih SMP dulu, ketika keluargaku berlibur ke Jogja, kami memilih menginap di Hotel Inna Garuda karena itu merupakan hotel yang penuh dengan sejarah. Kami mengambil satu kamar dengan tipe deluxe. Waktu itu bapak, ibuk, adikku, serta aku yang pergi ke Jogja. Adikku satu lagi yang paling kecil tidak ikut karena masih berumur beberapa bulan. Kami berempat tidur di satu kamar hotel. Dan menurutku itu merupakan hal yang menakjubkan karena akhirnya kami bisa menginap di salah satu hotel mewah di Indonesia. Dan di situlah kami terlihat sangat kampungan dengan penampilan kami dan tingkah laku kami. Dan waktu itulah pertama kali aku dibelikan baju terbaik yang pernah kupakai. Ibu membelikanku di Malioboro Mall. Sebenarnya bajunya biasa saja, kaos merah bergambarkan geisha, namun kaos itu panjangnya di bawah pantat sehingga menutupi pantatku, itu merupakan baju mode terbaru yang kupakai. Ibu membelikan dua, untuk aku dan adikku.

(Hotel Inna Garuda Yogyakarta)

Aku selalu mencintai hotel. Suasananya, pemandangannya, layanannya, tata letaknya. Sewaktu aku di hotel Inna Garuda itu pun kami menyempatkan untuk berfoto karena hotel tersebut keren dan kamar kami menghadap ke pemandangan lapangan tenis, padahal aku ingin yang kolam renang. Namun hal tersebut sudah membuat kami bahagia dengan hanya menginap di hotel berbintang. Kebahagiaan itu sederhana.

Aku ingat pernah ke Hotel Bhumi Surabaya. Namun pada waktu itu aku hanya menjemput salah satu orang penting di Indonesia, hanya sampai lobby-nya. Dan aku akui, itu merupakan hotel terbaik yang pernah aku kunjungi, mungkin karena aku belum pernah mengunjungi hotel-hotel bagus lainnya. Lobby tersebut terasa tenang, damai, dan private. Langsung bisa dilihat taman di luar, terlihat sangat sejuk dan rimbun mengingat lokasinya ada di Surabaya yang panas.

(Lobby Hotel Bumi Surabaya, Jawa Timur)

13 April 2014 kami sekeluarga berlibur ke Solo. Ini merupakan kedua kalinya kami menginap di hotel berbintang. Kali ini kami menginap di Hotel Ibis. Apa pendapatku pertama kali? Keren banget. Meskipun untuk orang lain ini biasa, namun menurutku ini merupakan salah satu hal terkeren yang pernah kulakukan. Menginap di hotel merupakan salah satu liburan tersendiri bagi keluargaku. Dan waktu itu bapak terlihat sangat grogi, naik lift saja lupa. Hal tersebut membuat kami sekeluarga tertawa, kecuali adikku terkecil, Rafli, dia langsung bengong karena mungkin hotel merupakan suatu hal baru yang mewah baginya. Dia langsung terdiam dan bengong, kami sekeluarga tertawa karena hal tersebut.
Menginap di Hotel Ibis kali ini terlihat lebih santai karena ibu membiarkan aku dan adikku, Putri, bersenang-senang semau kami. Ibu menyewa dua kamar. Ibu, bapak, dan Rafli berada dalam satu kamar, sedangkan aku dan Putri berada di kamar yang sama. Kamar kami terpisah satu lantai dengan pemandangan yang berbeda. Kamarku menghadap ke jalan utama dengan pemandangan kolam renang. Dan waktu itu ibu membolehkan kami untuk berenang. Sangat menyenangkan karena hanya beberapa orang yang berenang di sana sehingga terasa private, meski aku yakin ada beberapa orang baik di Hotel Ibis, Hotel Novotel, maupun di Hotel lain sebelahnya yang melihat kami karena letak kolam renangnya yang di tengah-tengah ketiga hotel tersebut, namun hanya diperuntukkan bagi tamu-tamu Hotel Ibis dan Novotel. Sarapan pun suatu hal special bagi kami karena prasmanan ala hotel. Sungguh mewah. Hal-hal semacam ini merupakan hal mewah bagi kami.

(Hotel Ibis Solo, Jawa Tengah)


(Adikku di depan kolam renang Hotel Ibis dan Novotel Solo)



(Aku di depan Hotel Ibis Solo, tampak kaca dari restaurant)
 (Hotel Ibis dari dokumen pribadi)

Aku tahu setiap orang memiliki kebahagiaan masing-masing. Dan inilah kebahagiaanku, menginap di hotel bersama keluargaku. Kampungan memang, tapi aku suka.